Rabu, 24 April 2013



Demonstrasi,  sebuah kata yang sangat lazim kita dengar di berbagai media, mulai dari media cetak hingga  media elektronik. Kata demonstrasi menurut mahijanto, 1993 : 154 adalah merupakan suatu protes keras tentang ketidakadilan dan penyelewengan yang dilakukan banyak orang (disertai poester dan yel-yel.)

Metode demonstrasi ini mengandung nilai positif dan hal ini juga didukung dengan sejarah demonstrasi yang ada di Indonesia  pada saat rakyat melakukan  demonstrasi besar-besaran di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998 yang mengakibatkan runtuhnya kekuasaan Orde Baru dan beralih ke zaman Reformasi  karena Indonesia pada saat itu dilanda krisis di berbagai bidang yakni bidang politik, bidang ekonomi, bidang hukum dan krisis kepercayaan di kalangan masyarakat.

Selain itu metode demonstrasi ini juga dapat bernilai negative jika digunakan tidak sesuai dengan pengertian yang sebenarnya. Hal ini juga dapat dilihat dari beberapa aksi para demonstran yang seringkali berujung kepada pengrusakan  terhadap  aset publik seperti pengrusakan lampu lalu lintas yang mengakibatkan kemacetan dan berimbas kepada kerugian yang lebih besar karenanya.

Kaitan nilai demonstrasi dalam pespektif islam di tinjau dari salah satu hadist rasulullah yakni :

Dari Abu Sa’id Al-Khudri rodhiallohu ‘anhu dia berkata: Aku mendengar Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Dari hadist itu dapat di lihatlah bahwa ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik  yakni :

1.       Menentang pelaku kebatilan dan menolak kemunkaran adalah kewajiban yang dituntut dalam ajaran islam atas setiap muslim sesuai kemampuan dan kekuatannya.
2.       Ridho terhadap kemaksiatan termasuk diantara dosa-dosa besar.
3.       Sabar menanggung kesulitan dan amar ma’ruf nahi munkar.
4.       Amal merupakan buah dari iman, maka menyingkirkan kemunkaran juga merupakan buahnya keimanan.
5.   Mengingkari dengan hati diwajibkan kepada setiap muslim, sedangkan pengingkaran dengan tangan dan lisan berdasarkan kemampuannya

0 komentar:

Posting Komentar